Katanya aku padi yang sudah menguning.
Aku diharapkan dipanen dengan hasil yang baik.
Tapi..taukah kau?
Aku ini padi yang berumur menguning, namun bulir nya masih belum terisi penuh.
Aku tau bahwa sebuah anggapan manusia kebanyakan berdasar "the cover".
Karena aku pun mungkin begitu.
Aku tau, anggapan manusia ada karena manusia punya nikmat akal dari-Nya.
Namun, aku sebagai bahan " anggapan" sering merasa ironis dengan nya.
Okelah...
Sebuah "rasa ironis" bukanlah sebuah penyelesaian.
Manusia memang kadang merasa tak pantas, merasa kurang bisa berbuat baik.
Akupun begitu.
Namun...ada celah lagi yang bisa aku tembus.
Ada lereng2 yang bisa ku daki.
Karena ini sebuah perjalanan, perjalanan yg membutuhkan kaca untuk bercermin dan gelas untuk diisi.
Dan aku ini padi menguning, bulir masih kempes,
namun ku ingin bercermin sejernih mungkin.
Ku ingin menjadi gelas kosong dalam bercermin dan memenuhi isi bulirku.
Karena selayaknya tuk jadi padi menguning, bulir berisi aku mesti begitu.
Begitupun manusia, yang juga hambaNya.
Embun bening, suci dan tawadhu'
Dini hari, saat malaikat Allah turun mengaminkan munajat para pecinta tahajjud. Allah menitikkan embun pada daun-daun yang hijau. Embun penebar kesejukan. Embun bening begitu tawadhu' pada Penciptanya. Embun menebar kesejukan hingga pagi hari kala insan memulai kesibukan duniawinya.
Sabtu, 19 Maret 2016
Rabu, 21 Januari 2015
Rahmat-Nya tampak atau tersembunyi ?
Senin, 19 JANUARI 2015
Siang ini hujan
mengguyur.
Hujan menebar rahmat bagi yang mengharapkannya,
Hujan memberi peluang menengadahkan tangan bagi pemaknanya
Hujan memberi arti bagi jiwa yang mengukir sebuah memori kala masa yang berbeda.
Hujan makin menikmati perjalananya saja,
makin asyik terjun menuju bumi tuk memberi arti.
Bermakna apakah bagimu kawan hujan saat ini?
rahmat kah atau musibah?
Semoga akan menjadi rahmat, dan selalu rahmat.
Entah rahmat yang terkucur dari Penciptanya,
ataukah rahmat yang terbingkai musibah,,
Hujan menebar rahmat bagi yang mengharapkannya,
Hujan memberi peluang menengadahkan tangan bagi pemaknanya
Hujan memberi arti bagi jiwa yang mengukir sebuah memori kala masa yang berbeda.
Hujan makin menikmati perjalananya saja,
makin asyik terjun menuju bumi tuk memberi arti.
Bermakna apakah bagimu kawan hujan saat ini?
rahmat kah atau musibah?
Semoga akan menjadi rahmat, dan selalu rahmat.
Entah rahmat yang terkucur dari Penciptanya,
ataukah rahmat yang terbingkai musibah,,
Begitulah dengan nikmat, kadang terlihat kadang pula terikat.
Terikat oleh hal-hal yang tak kita harapkan, tak kita cintai.
Kadang nikmat terlihat nyata dipandangan bulatnya mata.
Kadang pula tersebunyi, terbungkus musibah, kesusahan yang ada.
LAKUKAN HAL KECIL… ‼
Kawan, kita memang orang biasa. Bukan
orang yang berduit yang bisa menyumbangkan sebagian rejekinya untuk membangun
masjid, gedung sekolah ataupun bangunan bermanfaat lainnya. Kawan, kita orang
biasa. Kita masih mahasiswa, kita kadang masih kekanak-kanakan. Kita mungkin
belum pantas disebut dewasa. Kita bau akan dewasa. Kita baru akan menjajaki
beberapa tangga untuk mencapai sebutan dewasa. Kawan, jiwa kita mungkin masih
sangat labil, kita sering galau dan tidak komitmen dengan apa yang harus kita
lakukan untuk masa depan kita. Tapi percayalah kawan , ada banyak hal kecil
yang bisa kita lakukan. Bahkan mungkin itu hal yang tak pernah kita pikirkan
sama sekali.
Kawan banyak hal kecil disekitar kita yang bisa kita lakuakn,
dan itu aku yakin itu baik dan benar.
Kawan, pernahkan ada rasa nggak sreg
dihati kita saat ada kran ditempat wudhu masjid menyala? Saat kran dikamar
mandi menyala, kran dimanapun deh. Tapi saat itu nggak ada yang memakai. Mungkin
si pemakai terakhir lupa mematikannya.
Aku berharap kawan punya rasa tidak enak dihati, jika bukan
kawan orang yang mematikan kran itu. Mungkin hal ini sepele, kawan. Tapi ini
hal kecil yang baik yang bisa kita lakukan kawan. Kita tak membiarkan air itu mubadzir.
Kita turut berperan dalam rangka menghemat air didunia. Hehe. Kita telah
menyelamatkan umat didunia dalam hidup yang berlenih-lebihan. Mungkin ada yang
tanya ya.. J. Memangnya air didunia ini akan
habis? Memangnya untung apa aku matiin kran itu?.
Benar kawan, pertama memang air yang
Allah limpahkan didunia ini luar biasa banyaknya, tapi itu milik Allah. Itu
adanya dilautan sana. Apakah bakal ngalir ke kran dimasjid2, diperumahan,
dikantor, ditempat umum dengan sendirinya jika suatu saat masjid itu airnya
kering?. Tidak kan. Alangkah kerennya jika kita ikut menjaga nikmat air itu.
Menjaga dalam kadar mamakainya. Karena Allah menyukai hamba-Nya yang tidak
berlebihan. Orang yang berlebihan itu teman syetan.
Untuk hal kedua, memang kita tidak
untung kawan mematikan kran itu. Kita tak dapat upah dan gaji. Tapi hidup
didunia ini apakah itu yang kita cari? Tidak kan. Sekali lagi ini memang hal
kecil kawan, tapi itu BAIK. Ndak ada ruginya sedikitpun kan. Kita bisa
dikatakan mensyukuri nikmat Allah dalam hal ini. Tapi percayalah kawan, Allah
selalu Maha Tahu, Maha Melihat apapun yang kita lakukan. Dan percayala janji
Allah dalam firmannya. Allah akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan
hambanya sekecil apapun hal itu. Ingatlah firman Allah ini dalam surat
Al-Zalzalah:9.

Sedikit, semoga bermanfaat. Amiin.
Untuk sahabat ku yang sedang berusaha
mengukir hal-hal baik dalam hidupnya. J
Minggu, 18 Januari 2015
Kau, Muara Cinta dan Munajatku
at 19 Januari 2015
Semburat indah mulai tampak di fajar yang menyimpan sejuta
misteri,
Kala mata masih terpicing menahan kantuk yang menggelayuti
tubuh,
Menggoda merayu tuk tinggalkan sembah sujud dini hari yang sepi.
Dengan tertatih ku beranjak menuju sumber penyejuk aura,
Sumber pemancar cahaya tubuh suci di Padang Mahsyar kelak,
Yang kan membela kala amal ditimbang neraca akhirat.
Dialah sebening kristal suci itu, yang kan membasuh wajah nan
tubuhku.
Tuk mengantarkanku pada sujud cinta penyambut dini hari,
Dini hari sepi yang membawa para pecinta tuk melabuhkan cintanya kepada Sang Maha Pecinta hamba-Nya.
Dini hari sepi yang membawa para pecinta tuk melabuhkan cintanya kepada Sang Maha Pecinta hamba-Nya.
Allah...ku terbuai dalam ruku’ nan sujud yang sarat Asma-Mu.
Yang mengiringi cinta, doa dan munajatku bermuara kepada-Mu.
Berawal bismillah, terlantun keindahan Asma-Mu kala
lisan menggubah.
Subhanallah, terucap ringan tuk memuja karya mentari-Mu yang
merekah.
Astaghfirullah, menyesali kelalaian jiwa yang lemah,
terpeleset meluapkan amarah.
Alhamdulillah, masih terkenan nikmat tuk mengenal-Mu Yang
Maha Indah.
Indah karena asma’ul husna-Mu yang meluapkan barokah.
Yaa
Nuur.........
Kau
pemancar terindah, tiada tara dalam
segala koleksi cahaya.
Semburatkan
sinar suci-Mu dalam sukma ku, agar terpancar dalam tiap jengkal tubuhku yang
masih redup.
Yang
kelak kan memantul pada makhluk bermodel
sama denganku.
Yaa Wadud..........
Teguhkan lah hati kami untuk selalu mencintai-Mu.
Memuliakan cinta-Mu di atas segala cinta yang memenuhi dada,
Memuliakan cinta-Mu di atas segala cinta yang memenuhi dada,
Mengatasnamakan cinta-Mu tak hanya dalam lisan yang kerap berdusta,
Namun teguh dari
jiwa dan qolbu yang segala sesuatunya dalam Kuasa Cinta-Mu.
Wahai Pemilik
Cinta Yang Beredar Sempurna......
Alirkan cinta-Mu
dalam urat nadiku tuk meluluhkan nafsuku yang menggebu.
Selimuti
ruh ini dengan Cinta-Mu, agar ku terlelap merindukan-Mu hingga memenuhi
panggilan syurga-Mu. Amiin
Munajat Sang Pengais Ilmu
April 2011
MUNAJAT SANG PENGAIS ILMU
By : Aini Washfi
Ditengah heningnya malam
Jiwaku bangun terhenyak
Menyadari,,bahwa ku milik
Sang Illahi
Ku percikkan sebening air
yang suci
Tuk bersujud kehadapan
Illahi Robbi
Tuk mengadu semua galauan
hati
Ya Qodiir..........
Ku sadar ku insan yang
lemah
Tak kuasa nan berdaya atas
kehendak-Mu
Aku hamba-Mu yang miskin
ilmu
Ku jelajahi dunia ilmu-Mu
Mengarungi samudra demi
samudra
Terhempas ombak kemalasan
yang datang menghadang
Kadang ku terdampar
dipulau kegagalan
Tapi,,kuhadapi dengan
semangat fii sabilillah
Tuk berlayar dilautan
ilmu-Mu
Wahai Dzat Pemilik
Ilmu....
Hiasilah diri yang lemah
ini dengan cahaya ilmu-Mu
Karena tak kan ada yang
abadi
Selain,,”Al-Ilmu Nurrun”
Langganan:
Komentar (Atom)
